Selamat Datang Di Blog PMI Kabupaten Manggarai. Terima Kasih Kepada Para Donor Sukarela: Sekantong Darah Yang Anda Sumbangkan Menyelamatkan Nyawa Saudara/i Kita Yang Membutuhkan. Tetaplah Setia Mendonorkan Darah Setiap Tiga Bulan. Kami Tetap Menantikan Kedatangan Anda

Jumat, 27 Juni 2014

Erlan Yusran : Seorang Pengacara yang Humanis dan Religius (Profile)



 “Tuhan itu ada!” Tiba-tiba datang bantuan yang mustahil!” Kita menerima dengan cuma-cuma karena itu kita harus berikan dengan cuma-cuma!”
Demikianlah penggalan-penggalan kalimat yang bisa jadi merupakan credo iman personal dari seorang Erlan Yusran, SH. Ia mengakui adanya Tuhan bukan hanya dalam warisan doctrinal komunal yang terlestari dalam  agama yang dianutinya. Ia mengenal dan mengalami Allah yang hidup dalam keseharian rutinitas. Karena itu bagi pengacara yang sudah makan garam dalam mengawali pelbagai kasus perkara ini, aksi mendonorkan darah secara sukarela yang sudah lebih dari 53 kali dilakukannya merupakan semata-mata bentuk realisasi iman. “Kalau Kristus yang saya imani rela menyerahkan nyawa-Nya bagi saya, mengapa saya tidak memberikan setitik darah (bukan nyawa) yang saya terima dengan cuma-cuma kepada sesama,”  demikian kata Pa Erlan.

Berikut adalah wawancara lengkap 2 staf redaksi Warta PMI Manggarai dengan Pa Erlan yang ditemui di kantornya pada Kamis 27 Maret 2014.

Pewawancara
“Bisa ceritakan sedikit tentang asal dan keluarga bapak?”

Pa Erlan
“Saya berasal dari Sulawesi Selatan. Lahir pada 10 Desember 1969. Jadi sekarang sudah berusia 44 tahun. Saya anak ke-9 dari 12 bersaudara/i. Sejak tahun 1999 saya mulai menetap di Ruteng. Istri saya bernama dr Immaculata Veronika Djelulut (sekarang menjadi kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, sebelumnya menjadi direktur RSUD Maumere-red). Kami dianugerahi 3 orang anak. Yang sulung bernama Mikhael Eri Prayoga Yusran dan sedang duduk di bangku kelas 2 SLTP Fransiskus. Dua yang lainnya bersekolah di SDK Ruteng V yakni  Ursula Jovanka Natasya Yusran dan yang bungsu Brigita Yohana Yiver Yusran.”

Pewawancara
“Selain sebagai pengacara, apa lagi profesi bapak?”

Pa Erlan
“Sejak Mei 2010 saya dipercayakan menjadi Ketua Pelaksana Dewan Pastoral Paroki (DPP) Katedral Ruteng. Ada kisah menarik tentang hal ini,“ imbuh Pa Ruslan. “Pada mulanya semua jajaran pengurus tahu kalau masa jabatan kami adalah 3 tahun dari Mei 2010 sampai Mei 2013. Akan tetapi ketika acara pelantikan, Romo Pastor Paroki membacakan masa jabatan saya selama 5 tahun yakni dari Mei 2010 sampai dengan Mei 2015. Saya pikir ada kekeliruan, kata pak Yusran”.  Ketika dikonfirmasi pada Romo Paroki memang yang tertulis pada SK, masa jabatannya adalah 5 tahun. Selanjutnya kami mengkonfirmasi lebih lanjut ke Romo Vikjen dan kata Romo Vikjen, “Apa yang tertulis tetap tertulis”. “Ha….ha….. untung bukan jabatan pemerintahan, masa jabatan makin lama makin enak, “sambung Pa Yusran sambil tertawa.

Pewawancara
Kenapa bisa begitu? Apakah karena Romo melihat Pa Erlan memiliki kinerja yang baik untuk memajukan Paroki Katedral?

Pa Erlan
“Entahlah! saya tidak tahu. Romo yang tahu karena waktu itu saya dan teman-teman juga belum mulai bekerja.”

Pewawancara
Baik Pak kita pindah topik tentang donor darah. Apakah di dalam keluarga bapak ada kebiasaan untuk mendonorkan darah secara rutin?

Pa Erlan
“Kalau dikatakan ada kebiasaan mendonorkan darah, sebenarnya tidak ada. Memang beberapa orang saudara saya pernah mendonorkan darah tetapi tidak rutin. Saya sendiri mulai mendonorkan darah ketika masih SMA di Makasar. Waktu itu kebetulan ada yang membutuhkan golongan darah O dan golongan darah saya O maka spontan saya bersedia mendonorkan darah.”

Pewawancara
Apakah donor darah sukarela yang ke-53 sudah terhitung sejak bapak donor pertama kali itu?

Pa Erlan
“Tidak! Saya baru rutin mendonorkan darah secara sukarela ketika bertugas di Ruteng yaitu sejak tahun 2000”

Pewawancara
Kalau begitu artinya bapak sudah mendonorkan darah lebih dari 53 kali?

Pa Erlan
“Ya benar. Hanya sebelumnya tidak tercatat karena saya tidak mendonorkan darah secara rutin.”

Pewawancara
Baik bapak sudah mendonorkan darah lebih dari 53 kali. Kalau kita buat perhitungan, seandainya sudah 50 kali mendonorkan darah saja sama artinya dengan mendonorkan darah tanpa henti selama 12,5 tahun. Itu juga sama artinya bapak telah memberikan 17.500 ml darah kepada mereka yang membutuhkan. Pertanyaannya, apa sebenarnya yang menjadi motivasi bapak?

Pa Erlan
“Apa ya? Satu kalimat: Realisasi iman.”

Pewawancara
Apa artinya? Bisa dijelaskan?

Pa Erlan
“Artinya saya terlebih dahulu menerima begitu banyak pemberian Tuhan.  Apa salahnya kalau saya memberikannya kepada orang lain. Hal itu juga bukan hanya berkaitan dengan mendonorkan darah. Itu sudah menjadi semacam  prinsip yang saya terapkan dalam hidup harian saya. Bersamaan dengan kesediaan untuk mendonorkan darah secara sukarela saya juga sudah mendaftarkan diri menjadi pendonor mata. Jadi jika kelak saya meninggal dunia,  keluarga saya akan menelfon pihak bank mata agar mengambil mata saya dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Pewawancara
Mengapa?

Pa Erlan
“Ya seperti tadi realisasi iman. Kita telah terima cuma-cuma dari Tuhan maka kita harus berikan dengan cuma-cuma pula. Itu saja. Bahkan sekarang saya masih mencari cara agar ginjal saya juga bisa didonorkan kelak ketika sudah meninggal dunia.”

Pewawancara
Apakah aksi mendonorkan darah secara teratur bermanfaat bagi kesehatan bapak?

Pa Erlan
“Bisa ya! Bisa tidak! Karena sebelum menjadi pendonor darah sukarela yang rutin, saya merasa sehat dan setelah mendonorkan darah saya merasa lebih sehat”.

Pewawancara
Lebih dari 53 kali mendonorkan darah mengindikasikan kesehatan bapak baik. Mungkin bisa bagikan tips-tips bagaimana menjaga kesehatan yang baik?

Pa Erlan
“Tips? Tidak ada tips-tips khusus. Kalau dinilai dari segi kesehatan pola makan dan istirahat saya justru tidak memenuhi persyaratan hidup sehat. Saya seringkali tidur larut malam sampai jam 2 dini hari atau lebih jika sedang mendalami satu perkara. Saya juga seringkali makan tidak tepat waktu dan ritmenya berganti-ganti serta tidak menuntut diet khusus. Mungkin satu hal yang bisa membuat saya bertahan, “berpikir positif”. Dengan berpikir positif segalanya menjadi baik. Karena itu di sela-sela kesibukan saya tetap menyempatkan diri mendonorkan darah. Bahkan saya tidak menunggu 3 bulan sekali baru mendonorkan darah. Saya sudah seringkali mendonorkan darah hanya berselang dua bulan lebih dengan jadwal donor sebelumnya. Kalau petugas UDD menyatakan saya memenuhi persyaratan, saya juga siap-siap saja. Biasanya ada semacam alarm dari dalam tubuh ketika waktu mendonorkan darah tiba. Badan terasa berat atau kepala terasa agak pusing. Bagi saya hal ini adalah sinyal pemberitahuan agar saya segera mendonorkan darah.

Pewawancara
Dari data yang dihimpun UDD PMI Manggarai di RSUD Ruteng selama tahun 2013 ada 2.771 orang mendonorkan darah. Dari jumlah itu 2.578  (93%) orang yang menjadi pendonor pengganti dan hanya 193 (7%) orang yang menjadi pendonor sukarela. Menurut bapak mengapa masyarakat Manggarai masih enggan mendonorkan darahnya secara sukarela?

Pa Erlan
“Ini pendapat pribadi ya. Menurut saya hal ini sangat bergantung pada pribadi tiap-tiap orang. Jangankan hal mendonorkan darah. Hal lain contohnya, banyak orang kaya di Ruteng tetapi lebih banyak lagi orang miskin yang hidupnya melarat. Apakah orang-orang kaya terketuk hatinya untuk memberikan sebagian kecil kekayaannya kepada orang miskin dengan sukarela? Inikan sangat bergantung pada pribadi seseorang. Bagaimana ia menghayati imannya. Kalau saya, Seperti yang saya katakan tadi, iman itu perlu direalisasikan. Sebagai contoh kecil, biasanya pengacara yang mendampingi seorang klien akan mendapat sejumlah upah dari hasil advokasinya akan tetapi saya seringkali mengalami sebaliknya. Saya harus keluarkan uang untuk membantu klien yang kurang mampu. Saya lakukan itu dengan ikhlas, dengan cuma-cuma. Memang kadang hal ini bisa menjadi perdebatan kecil dengan istri. Ya tetapi begitulah. Iman harus direalisasikan. Kita jangan membuat hitung-hitungan dengan Tuhan karena kita sudah lebih dahulu berhutang pada-Nya. Kalau mau dihitung misalnya 1 tarikan nafas saja dihargakan Rp 1 sudah berapa rupiah yang kita gunakan selama kita hidup?”

Pewawancara:
Apa pesan Pak Yusran untuk masyarakat Manggarai?

Pa Erlan
“Sejauh yang saya tahu tubuh kita mempunyai kemampuan untuk mereproduksi darah tanpa henti. Kalau memang demikian mengapa kita harus takut kehilangan darah? Toh darah yang kita sumbangkan akan kita dapatkan kembali secara otomatis. Karena itu saya mengutip injil Matius, “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma (Mat 10:8 -red).”

Pewawancara:
Apa bapak mempunyai motto hidup?

Pa Erlan
Saya mempunyai beberapa motto hidup tetapi yang sesuai dengan aksi mendonorkan darah secara sukarela adalah, “HIDUP CUMA SEKALI, KARENA ITU KITA HARUS BUAT YANG TERBAIK.”
 (Pewawancara: Willy & Marsel)


Berita Lainnya



1 komentar:

Matheus mengatakan...

Pantas dan layak kalau Advokat rakyat kecil ini menjadi salah satu nominator Probono Awards Indonesia. Terima kasih atas pengabdianmu pak mengadvokasi rakyat kecil.