Sosialisasi
Kesehatan Remaja di SMA Widya Bakti
Masa remaja, menurut para psikolog, merupakan masa yang unik, masa
pencarian jati diri. Remaja kerap kali dihadapkan pada suatu kondisi antara
“yang terjadi” dan “seharusnya terjadi”. Dalam kelabilan ini remaja sangat
butuh tuntunan, baik di rumah melalui orang tua, maupun di sekolah melalui para guru.
Lingkungan remaja yang dipenuhi berbagai macam godaan dan kenyataan
yang tidak dapat mereka raih menjadi andil dan sebab-akibat dari perilaku menyimpang remaja, seperti perilaku seks bebas serta
mengkonsumsi obat–obatan berbahaya, yang nantinya berimbas pada ketidakstabilan
kehidupan/pergaulan sosial. Guna mencegah hal seperti ini terjadi pada remaja
Manggarai, maka pembina serta pengurus Palang Merah Remaja (PMR) unit SMA Widya
Bakti, merasa perlu memberikan sosialisasi kesehatan remaja bagi anggotanya,
maupun bagi siswa – siswi di luar anggota PMR di sekolah tersebut. Gayung pun
bersambut, berdasarkan
permintaan dari pembina serta Pengurus PMR SMA Widya Bakti yang digawangi oleh
Olin, Yani, Epik dkk kepada Pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten
Manggarai, maka pada hari Rabu, 12 Mei 2014, Pengurus PMI mengutus dokter Marianus Ronald Susilo, Pengurus Bidang Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat (PSKM) dan Transfusi Darah (TD) untuk memberikan sosialisasi kepada
anggota PMR dan siswa – siswi di sekolah tersebut. Program sosialisasi yang
diprakarsai oleh pembina dan
pengurus PMR unit SMA Widya Bakti ini sejalan dengan program pengurus
PMI Kabupaten Manggarai yakni pendampingan terhadap unit PMR yang ada dalam kota Ruteng baik Madya (SMP) maupun Wira (SMA).
Dokter Ronald, begitu beliau biasa disapa, dalam materinya menjelaskan bahwa
remaja zaman sekarang harus
perlu mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan remaja dalam hal ini mengenai
kesehatan reproduksi. Menurutnya, kaum remaja merupakan generasi
yang labil dan mudah terbawa arus dari adanya keterbukaan informasi dan
pergaulan bebas yang hampir tidak terkontrol, apalagi sifat remaja yang selalu
ingin tahu dan dorongan seksual yang relatif lebih tinggi akibat dari organ
reproduksi yang lagi giat bertumbuh, jadi gampang sekali “kesetrum”.
Pendidikan sex (sex education) penting diajarkan juga untuk
remaja sejak dini. Sex education itu
bukan mempelajari cara-cara
berhubungan sex, melainkan kita diajak menempatkan sex yang merupakan naluri
manusiawi pada posisinya yang tepat,
yakni pernikahan yang sah dan dapat mengenal lebih lengkap karakteristik organ
reproduksi dan kesehatannya, resiko berhubungan sex di luar nikah serta
penyakit – penyakit menular yang bisa timbul pada organ reproduksi. Kaum remaja
akan rentan terhadap perilaku sex bebas dan penggunaan obat – obat berbahaya. “
Remaja zaman sekarang semakin dilarang untuk
berbicara hal-hal yang
berhubungan dengan masalah sex, malah mereka makin penasaran”. Dokter yang
humoris dan energik ini
melanjutkan bahwa terjadinya pergaulan/sex bebas akan berimbas pada adanya
penyakit kelamin, baik itu sifilis, kencing nanah maupun penularan HIV/AIDS
serta jenis penyakit kelamin lainnya. Dokter ronald sangat miris melihat
kenyataan bahwa banyak remaja Manggarai yang hamil di usia remaja (SMA). “Kalau
kalian belum siap untuk hidup berkeluarga, maka kalian juga jangan coba – coba
berhubungan seks, karena sekali kalian mencoba maka akan ketagihan. Oleh karena itu isilah masa remaja
kalian dengan kegiatan – kegiatan positif”, tutur dokter pemilik Apotik Wae Laku ini.
Dalam penjelasan
mengenai organ reproduksi, Dokter Ronald menjelaskan secara terperinci mengenai
penyakit kelamin yang sering muncul pada orang yang melakukan sex
bebas/bergonta – ganti pasangan maupun orang yang berhubungan seks dengan
pasangan yang memiliki penyakit kelamin yakni sifilis, kencing nanah dan yang
lebih parah lagi yakni bisa tertular HIV/AIDS. “Penyakit kelamin serta HIV/AIDS rentan terjadi pada kaum remaja,
dikarenakan minimnya informasi dan pengetahuan yang didapat oleh para remaja”.
Kegiatan
sosialisasi ini dihadiri oleh sedikitnya 100 siswa-siswi SMA Widya Bakti, yang kebanyakan di
antara mereka adalah anggota PMR unit SMA tersebut. Pembina PMR Unit SMA Widya
Bakti, Nobertus Harum, di akhir
kegiatan mengucapkan terima kasih
kepada Pengurus dan relawan PMI Kabupaten Manggarai yang telah proaktif
memberikan sosialisasi kepada siswa-siswi
di sekolah tersebut. Nobert
berharap kepada para peserta sosialisasi agar ilmu yang telah mereka dapat bisa
menjadi pegangan agar tidak salah melangkah.
Together we are solution. MARSEL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar