“Tuhan itu ada!” Tiba-tiba datang bantuan yang
mustahil!” Kita menerima dengan cuma-cuma karena itu kita harus berikan dengan
cuma-cuma!”
Demikianlah
penggalan-penggalan kalimat yang bisa jadi merupakan credo iman personal dari
seorang Erlan Yusran, SH. Ia mengakui adanya Tuhan bukan hanya dalam warisan
doctrinal komunal yang terlestari dalam
agama yang dianutinya. Ia mengenal dan mengalami Allah yang hidup dalam
keseharian rutinitas. Karena itu bagi pengacara yang sudah makan garam dalam
mengawali pelbagai kasus perkara ini, aksi mendonorkan darah secara sukarela
yang sudah lebih dari 53 kali dilakukannya merupakan semata-mata bentuk
realisasi iman. “Kalau Kristus yang saya imani rela menyerahkan nyawa-Nya bagi
saya, mengapa saya tidak memberikan setitik darah (bukan nyawa) yang saya
terima dengan cuma-cuma kepada sesama,” demikian kata Pa Erlan.
Berikut adalah wawancara lengkap 2 staf redaksi Warta PMI Manggarai dengan Pa Erlan yang
ditemui di kantornya pada Kamis 27 Maret 2014.
Pewawancara
“Bisa ceritakan sedikit tentang asal dan keluarga
bapak?”
Pa Erlan
“Saya berasal dari Sulawesi Selatan. Lahir pada 10
Desember 1969. Jadi sekarang sudah berusia 44 tahun. Saya anak ke-9 dari 12
bersaudara/i. Sejak tahun 1999 saya mulai menetap di Ruteng. Istri saya bernama
dr Immaculata Veronika Djelulut (sekarang menjadi kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Manggarai Barat, sebelumnya menjadi direktur RSUD Maumere-red). Kami dianugerahi 3 orang anak.
Yang sulung bernama Mikhael Eri Prayoga Yusran dan sedang duduk di bangku kelas
2 SLTP Fransiskus. Dua yang lainnya bersekolah di SDK Ruteng V yakni Ursula Jovanka Natasya Yusran dan yang bungsu
Brigita Yohana Yiver Yusran.”
Pewawancara
“Selain sebagai pengacara, apa lagi profesi bapak?”
Pa Erlan
“Sejak Mei 2010 saya dipercayakan menjadi Ketua
Pelaksana Dewan Pastoral Paroki (DPP) Katedral Ruteng. Ada kisah menarik
tentang hal ini,“ imbuh Pa Ruslan. “Pada mulanya semua jajaran pengurus tahu
kalau masa jabatan kami adalah 3 tahun dari Mei 2010 sampai Mei 2013. Akan
tetapi ketika acara pelantikan, Romo Pastor Paroki membacakan masa jabatan saya
selama 5 tahun yakni dari Mei 2010 sampai dengan Mei 2015. Saya pikir ada
kekeliruan, kata pak Yusran”. Ketika
dikonfirmasi pada Romo Paroki memang yang tertulis pada SK, masa jabatannya
adalah 5 tahun. Selanjutnya kami mengkonfirmasi lebih lanjut ke Romo Vikjen dan
kata Romo Vikjen, “Apa yang tertulis tetap tertulis”. “Ha….ha….. untung bukan
jabatan pemerintahan, masa jabatan makin lama makin enak, “sambung Pa Yusran
sambil tertawa.
Pewawancara
Kenapa bisa begitu? Apakah karena Romo melihat Pa
Erlan memiliki kinerja yang baik untuk memajukan Paroki Katedral?
Pa Erlan
“Entahlah! saya tidak tahu. Romo yang tahu karena
waktu itu saya dan teman-teman juga belum mulai bekerja.”
Pewawancara
Baik Pak kita pindah topik tentang donor darah. Apakah
di dalam keluarga bapak ada kebiasaan untuk mendonorkan darah secara rutin?
Pa Erlan
“Kalau dikatakan ada kebiasaan mendonorkan darah,
sebenarnya tidak ada. Memang beberapa orang saudara saya pernah mendonorkan
darah tetapi tidak rutin. Saya sendiri mulai mendonorkan darah ketika masih SMA
di Makasar. Waktu itu kebetulan ada yang membutuhkan golongan darah O dan
golongan darah saya O maka spontan saya bersedia mendonorkan darah.”
Pewawancara
Apakah donor darah sukarela yang ke-53 sudah
terhitung sejak bapak donor pertama kali itu?
Pa Erlan
“Tidak! Saya baru rutin mendonorkan darah secara
sukarela ketika bertugas di Ruteng yaitu sejak tahun 2000”
Pewawancara
Kalau begitu artinya bapak sudah mendonorkan darah
lebih dari 53 kali?
Pa Erlan
“Ya benar. Hanya sebelumnya tidak tercatat karena
saya tidak mendonorkan darah secara rutin.”
Pewawancara
Baik bapak sudah mendonorkan darah lebih dari 53
kali. Kalau kita buat perhitungan, seandainya sudah 50 kali mendonorkan darah
saja sama artinya dengan mendonorkan darah tanpa henti selama 12,5 tahun. Itu
juga sama artinya bapak telah memberikan 17.500 ml darah kepada mereka yang
membutuhkan. Pertanyaannya, apa sebenarnya yang menjadi motivasi bapak?
Pa Erlan
“Apa ya? Satu kalimat: Realisasi iman.”
Pewawancara
Apa artinya? Bisa dijelaskan?
Pa Erlan
“Artinya saya terlebih dahulu menerima begitu
banyak pemberian Tuhan. Apa salahnya kalau
saya memberikannya kepada orang lain. Hal itu juga bukan hanya berkaitan dengan
mendonorkan darah. Itu sudah menjadi semacam
prinsip yang saya terapkan dalam hidup harian saya. Bersamaan dengan
kesediaan untuk mendonorkan darah secara sukarela saya juga sudah mendaftarkan
diri menjadi pendonor mata. Jadi jika kelak saya meninggal dunia, keluarga saya akan menelfon pihak bank mata
agar mengambil mata saya dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan.
Pewawancara
Mengapa?
Pa Erlan
“Ya seperti tadi realisasi iman. Kita telah terima
cuma-cuma dari Tuhan maka kita harus berikan dengan cuma-cuma pula. Itu saja.
Bahkan sekarang saya masih mencari cara agar ginjal saya juga bisa didonorkan kelak
ketika sudah meninggal dunia.”
Pewawancara
Apakah aksi mendonorkan darah secara teratur
bermanfaat bagi kesehatan bapak?
Pa Erlan
“Bisa ya! Bisa tidak! Karena sebelum menjadi
pendonor darah sukarela yang rutin, saya merasa sehat dan setelah mendonorkan
darah saya merasa lebih sehat”.
Pewawancara
Lebih dari 53 kali mendonorkan darah
mengindikasikan kesehatan bapak baik. Mungkin bisa bagikan tips-tips bagaimana
menjaga kesehatan yang baik?
Pa Erlan
“Tips? Tidak ada tips-tips khusus. Kalau dinilai
dari segi kesehatan pola makan dan istirahat saya justru tidak memenuhi
persyaratan hidup sehat. Saya seringkali tidur larut malam sampai jam 2 dini
hari atau lebih jika sedang mendalami satu perkara. Saya juga seringkali makan
tidak tepat waktu dan ritmenya berganti-ganti serta tidak menuntut diet khusus.
Mungkin satu hal yang bisa membuat saya bertahan, “berpikir positif”. Dengan berpikir positif segalanya menjadi baik.
Karena itu di sela-sela kesibukan saya tetap menyempatkan diri mendonorkan
darah. Bahkan saya tidak menunggu 3 bulan sekali baru mendonorkan darah. Saya
sudah seringkali mendonorkan darah hanya berselang dua bulan lebih dengan jadwal
donor sebelumnya. Kalau petugas UDD menyatakan saya memenuhi persyaratan, saya
juga siap-siap saja. Biasanya ada semacam alarm dari dalam tubuh ketika waktu
mendonorkan darah tiba. Badan terasa berat atau kepala terasa agak pusing. Bagi
saya hal ini adalah sinyal pemberitahuan agar saya segera mendonorkan darah.
Pewawancara
Dari data yang dihimpun UDD PMI Manggarai di RSUD
Ruteng selama tahun 2013 ada 2.771 orang mendonorkan darah. Dari jumlah itu 2.578 (93%) orang yang menjadi pendonor pengganti
dan hanya 193 (7%) orang yang menjadi pendonor sukarela. Menurut bapak mengapa
masyarakat Manggarai masih enggan mendonorkan darahnya secara sukarela?
Pa Erlan
“Ini pendapat pribadi ya. Menurut saya hal ini
sangat bergantung pada pribadi tiap-tiap orang. Jangankan hal mendonorkan
darah. Hal lain contohnya, banyak orang kaya di Ruteng tetapi lebih banyak lagi
orang miskin yang hidupnya melarat. Apakah orang-orang kaya terketuk hatinya
untuk memberikan sebagian kecil kekayaannya kepada orang miskin dengan
sukarela? Inikan sangat bergantung pada pribadi seseorang. Bagaimana ia
menghayati imannya. Kalau saya, Seperti yang saya katakan tadi, iman itu perlu
direalisasikan. Sebagai contoh kecil, biasanya pengacara yang mendampingi
seorang klien akan mendapat sejumlah upah dari hasil advokasinya akan tetapi
saya seringkali mengalami sebaliknya. Saya harus keluarkan uang untuk membantu
klien yang kurang mampu. Saya lakukan itu dengan ikhlas, dengan cuma-cuma.
Memang kadang hal ini bisa menjadi perdebatan kecil dengan istri. Ya tetapi
begitulah. Iman harus direalisasikan. Kita jangan membuat hitung-hitungan
dengan Tuhan karena kita sudah lebih dahulu berhutang pada-Nya. Kalau mau
dihitung misalnya 1 tarikan nafas saja dihargakan Rp 1 sudah berapa rupiah yang
kita gunakan selama kita hidup?”
Pewawancara:
Apa pesan Pak Yusran untuk masyarakat Manggarai?
Pa Erlan
“Sejauh yang saya tahu tubuh kita mempunyai
kemampuan untuk mereproduksi darah tanpa henti. Kalau memang demikian mengapa
kita harus takut kehilangan darah? Toh darah yang kita sumbangkan akan kita
dapatkan kembali secara otomatis. Karena itu saya mengutip injil Matius, “Kamu
telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan
cuma-cuma (Mat 10:8 -red).”
Pewawancara:
Apa bapak mempunyai motto hidup?
Pa Erlan
Saya mempunyai beberapa motto hidup tetapi yang
sesuai dengan aksi mendonorkan darah secara sukarela adalah, “HIDUP CUMA SEKALI, KARENA ITU KITA HARUS
BUAT YANG TERBAIK.”
(Pewawancara:
Willy & Marsel)
Berita Lainnya